Assalamu’alikum Wr. Wb.
Yth. Bapak Bupati Kabupaten Pemalang
Perkenalkan, aku adalah anak laki-laki berumur sembilan tahun. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adikku berumur lima tahun. Kini kami telah yatim piatu dan tidak bersekolah lagi.
Ini semua berawal dari ketidakbecusan pemerintah. Dulu, keluarga kami hidup secara normal. Mempunyai rumah sendiri, dan aku pun masih sekolah. Dulu, ayah bekerja sebagai petani, dan ibu berjualan gorengan. Walaupun hasilnya pas-pasan, tetapi dari hasil kerja keras mereka-lah kami bisa hidup senang walaupun hanya ada sedikit perabotan yang mengisi rumah kami, rumah yang berada di pelosok Kabupaten Pemalang. Walapun pelosok, tetapi kami merasa nyaman. Karena disini tidak seperti kota yang penuh asap, kemacetan, dan selalu bising oleh kendaraan bermotor.
Tepat di usiaku yang ke-8, tiba-tiba keluarga kami tertimpa musibah. Sawah milik ayah terserang hama. Semua padinya mati. Tak lama kemudian musim panas membuat sawah ayah mengalami kekeringan. Ayah bingung harus mencari uang kemana lagi. Pernah suatu hari, ayah mendapat tawaran dari paman untuk bekerja sebagai cleaning servis di kantornya. Tapi ayah menolaknya, ia beralasan karena tubuhnya yang sudah tua dan tak kuat untuk berlama-lama berdiri. Akhirnya, paman memberikan modal kepada ayah untuk membuka usaha kecil-kecilan. Ya, kini ayah mempunyai warung kecil di depan rumah. Kami sekeluarga senang. Kehidupan keluarga kami pun kembali normal. Setiap pulang sekolah, aku dan adikku sering membantu ayah berjualan, walaupun terkadang kami malah membuat repot ayah.
Kini ayah telah mempunyai penghasilan yang cukup. Bahkan, untuk menambah usahanya, ayah nekad meminjam uang lagi kepada paman. Ayah berjanji, jika suatu kelak nanti ia berhasil dengan usahanya ini, ia akan menyekolahkanku sampai mendapat gelar sarjana.
Ibu, kini ia bosan menjadi penjual gorengan. Ia ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih. Akhirnya, dengan uang hasil jualan ayah, ibu pun pergi ke Jakarta. Disana, ibu menjadi pembantu rumah tangga. Kata ibu, tinggal di Jakarta lebih cepat mendapatkan pekerjaan dibandingkan tinggal di Pemalang. Ya, walaupun hanya menjadi pembatu rumah tangga. Lagipula, di Jakarta gajinya juga lumayan besar. Setiap akhir bulan, ibu sering bercerita denganku lewat sebuah surat tentang kehidupan kota Jakarta yang gemerlap dengan sejuta pesonanya.
Lima bulan setelah ibu menjadi pembantu rumah tangga, tiba-tiba ia mengirim surat yang membuat kami terkejut. Ibu mengabarkan bahwa ia kerap disiksa oleh majikannya. Ditampar, dipukul, bahkan pernah disiram air panas. Entah apa penyebabnya, ibu tak mengatakannya. Ibu ingin pulang, namun ia tak punya biaya. Akhirnya, tepat tengah malam, ia nekad lari meninggalkan rumah majikannya. Namun naas, saat hendak menyeberang jalan, sebuah mobil menabrak ibu lalu meninggal. Kami sekeluarga sangat syok. Ayah terkena serangan jantung setelah mendapat kabar itu. Adikku kerap menangis di malam hari setiap ia membayangkan ibu. Hanya aku yang masih tabah menerima cobaan ini. Aku pun mencoba menenangkan keluargaku.
Sebulan setelah kematian ibu, kehidupan kami kembali normal. Ayah sudah sehat dan bisa berjualan lagi. Bahkan, ia sering mengantarkan aku berangkat sekolah. Kini ayah merangkap dua jabatan di rumah kami, sebagai kepala keluarga dan juga sebagai “ibu” bagi anak-anaknya.
Tanpa disadar, waktu pun berlalu begitu cepat. Satu tahun telah terlewat. Tapi sayang, akhir-akhir ini ayah sering sakit-sakitan. Asma ayah sering kambuh. Hingga akhirnya kami harus membawa ayah ke rumah sakit. Kami kaget saat mengetahui biaya berobat ayah yang sampai jutaan. Kami harus mendapatkan uang darimana? Sedangkan uang ayah hanya cukup untuk membeli makan kami sekeluarga. Kami bingung harus meminjam uang kemana lagi. Untung kami punya paman yang baik hati. Ia rela membiayai pengobatan ayah sampai keluar rumah sakit.
Satu minggu berlalu. Ayah sudah diperbolehkan pulag ke rumah. Namun ayah masih tidak diperbolehkan bekerja. Warung pun tidak ada yang megurusi. Kami kehabisan uang. Kami sering berhutang kesana kemari. Menjual ini, menjual itu. Sampai-sampai ayah berniat untuk menggadaikan rumahnya. Tapi itu semua aku tahan. Terkadang, kami terpaksa maka nasi bekas orang. Hingga pada suatu hari, kutemukan ayah terbujur kaku dengan leher terikat tali dan badannya menggantung di kamar mandi. Ayah bunuh diri. Inikah cara ayah untuk mengakhiri penderitaannya? Tepat di bawah jasad ayah, kutemukan sepucuk surat. Di surat itu, ayah berkata bahwa dia tak kuat lagi dengan cobaan ini. Ia terpaksa bunuh diri untuk menghindari hutang kepada tetangga. Di surat itu juga ayah menulis alamat rumah paman di Jakarta. Aku disuruh tinggal di sana.
Sebulan setelah kematian ayah, dengan dibekali secarik alamat paman dan juga sedikit uang, aku dan adikku pergi ke Jakarta. Ini pertama kalinya kami pergi sendirian. Kami bingung ketika sudah sampai disana. Disana kami harus apa? Dan kami juga tak mengerti mengapa ayah menyuruh kami pergi ke Jakarta.
Di Jakarta kami terlihat seperti gembel. Saat kami menuju alamat rumah paman, ternyata ia sudah pindah. Tidak ada satu tetangga pun yang mengerti kemana paman pindah. Hidup kami pun luntang-lantung. Tiap malam kami tidur di emperan toko, pasar, dan terkadang di masjid. Demi Tuhan, kami sekarang sudah menjadi gembel. Tak jarang kami juga terkena razia Satpol PP. Dipukuli, ditendang, ditampar, bahkan kadang diseret dan dipaksa ke kantor polisi untuk ditindaklanjuti.
Setelah pemeriksaan oleh Satpol PP, kami pun kembali ke jalalan. Syukur, di tengah perjalanan kami bertemu dengan pengamen. Kami berdua diselamatkan olehnya. Ia menyuruh kami tinggal bersamanya. Di gubuk tua miliknya, ia bercerita bahwa hidup di Jakarta memang keras. Jika kita tidak bisa mencari uang, kita perlahan-lahan akan mati kelaparan. Akhirnya, kami pun diberi pekerjaan. Aku berjualan koran, sedangkan adikku menjadi pengamen. Sejujurnya kami sangat sedih. Disaat anak-anak lain sibuk mencari ilmu dan bermain dengan penuh ceria, kami malah harus mencari uang. Seharusnya kini adikku sudah memasuki bangku kelas 1 SD. Tetapi demi kelangsungan hidup, terpaksa ia berlari dari bus ke bus untuk mengemis. Tak peduli terik matahari menyengat kulit mulusnya dan asap kendaraan menghitamkan wajahnya. Berbekal suara emasnya, ia rela menengadahkan tangannya sekedar untuk sekeping koin. Sedangkan aku, seharusnya kini aku sudah duduk di bangku kelas 1 SMP. Setiap shubuh datang, aku harus segera bangun dan menjual koran di lampu merah. Pekerjaan ini terpaksa kami lakukan dari pagi hingga malam.
Bapak Bupati yang saya hormati,
Karena seringnya membaca koran, kini aku mengerti siapa Anda, dan apa yang seharusnya Anda lakukan kepada kami dan ratusan warga yang nasibnya seperti kami. Karena seringnya membaca koran juga, kini aku bisa menulis surat untukmu. Ternyata engkau-lah yang selama ini kami cari. Engkau-lah yang mampu mengubah nasib ratusan, bahkan ribuan warga Pemalang. Orang yang mampu menghindari ibuku dari kekejaman majikannya. Orang yang mampu mengeluarkan ayahku dari lilitan hutang. Orang yang mampu menyekolahkan kami dan para anak jalanan lainnya. Dengan hanya sekali perintah saja kepada bawahanmu, semuanya akan berubah. Kami menunggu semua itu, Pak. Engkau adalah orang yang mampu melindungi anak-anak seperti kami dari siksaan kemiskinan yang memaksa kami hidup di jalanan, memaksa kami harus dipukuli oleh Satpol PP.
Bapak Bupati yang saya hormati,
Di Hari Jadi Kabupaten Pemalang yang ke-436 ini yang sekaligus pelantikan Anda menjadi Bupati Pemalang, aku atas nama ribuan warga Pemalang menginginkan suatu perubahan dari tangan Anda. Janji Anda saat kampanye masih segar di ingatan kami. Kami masih ingat semua janji yang Anda lontarkan kepada ribuan warga Pemalang. Dan sekarang saatnya kami menunggu janji itu menjadi nyata dan bukan sekedar omong kosong.
Pak, engkau-lah orang nomor satu di Kabupaten Pemalang. Di tanganmu-lah kami yakin perubahan pasti ada. Kami yakin engkau akan mewujudkan ribuan harapan warga Pemalang. Kami yakin suatu saat nanti jika engkau dapat mewujudkan harapan kami, kami akan terharu bahagia melihat engkau dalam memimpin kabupaten ini. Dan nanti, saat saat akhir masa jabatan bapak, kami akan tahu bahwa kami tidak pernah salah memilih pemimpin.
Pak, jika engkau tak mampu mewujudkan harapan kami, kami tak akan kecewa. Kami tak akan marah. Tapi Pak, kami mohon kepada engkau untuk mengamini doa kami, semoga kami bisa menggantikan posisimu ketika kami dewasa nanti. Kami berjanji, jika suatu saat nanti kami duduk di bangku emasmu, kami akan menolong ribuan warga Pemalang yang senasib dengan kami. Sampaikan salam kami kepada para bawahanmu, agar mereka juga mengamini doa kami, agar kami juga dapat menggantikan posisi mereka.
Sekian yang dapat saya ungkapkan lewat surat ini. Semoga di ulang tahun Kabupaten Pemalang yang ke-436 ini, di bawah kepemimpinan Anda, Pemalang bisa menjadi kabupaten yang terlihat baik di mata Indonesia, bahkan dunia.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
24 januari 2011,
Bertepatan dengan Hari Jadi kabupaten Pemalang yang ke-436
dan juga pelantikan bupati baru Kabupaten Pemalang.
Imamul Muttaqin
Kamis, 03 Maret 2011
Jumat, 25 Februari 2011
Fiksimini, Imajinasi Yang Terliarkan
Sekitar bulan Mei 2010 lalu, tak sengaja saya membuka twitter dan menemukan satu akun yang bernama @fiksimini. Sebenarnya saya heran, kok ada akun seperti ini. Apa tujuannya? Setelah bertanya kesana-kemari, akhirnya saya tahu apa itu fiksimini. Ya, dilihat dari namanya saja pasti sudah tahu apa itu fiksimini. Fiksimini merupakan suatu karya sastra yang jumlah karakternya sangat terbatas, yaitu 140 karakter. Kenapa karakternya hanya sedikit? Karena ini mengikuti batasan twitter yang hanya bisa menampung 140 karakter. Walaupun terlihat sedikit dan cukup mini, tetapi bagi saya fiksimini menyimpan berbagai ledakan yang bisa menimbukan banyak kejutan setiap membacanya. Fiksimini sendiri didirikan oleh @agus_noor dan juga dibantu oleh @clara_ng dan juga @ekakurniawan sebagai moderatornya. Mereka bertiga merupakan sastrawan yang karya-karyanya sudah berkeliaran di masyarakat.
Walaupun terlihat mini, tetapi di mata saya fiksimini bisa menjadi sebuah hiburan, kritikan, bahkan bisa menjadi hobi baru dalam menulis. Di tengah-tengah kesibukan kuliah saya, fiksimini merupakan salah satu alternatif untuk menghilangkan kepenatan dan kebosanan, karena membacanya tak memerlukan banyak waktu. Di sela-sela waktu senggang, melalui akun twitter saya (Imamul_), saya sering menyempatkan untuk menulis fiksimini, walaupun jarang di- retweet. Walaupun sepertinya telihat mudah, tetapi bagi saya menulis fiksimini itu sangat memutar otak, apalagi jika topiknya sangat sulit. Dan terkadang saya juga merasa kesal jika fiksimini saya tidak di- retweet oleh moderator. Mungkin karena karya saya terlihat belum layak dibaca oleh fiksiminiers, atau mungkin fiksimini saya terlewatkan begitu saja dan tidak dibaca oleh moderator. Setiap harinya fiksimini mepunyai topik yang berbeda-beda yang dilontarkan oleh fiksiminiers (sebutan bagi pecinta fiksimini). Dari topik tersebut lah para fiksiminiers dituntut untuk membuat fiksimini sesuai topik yang telah disetujui oleh moderator. Jika karya fiksimini kita bagus, maka akan di-retweet oleh moderator. Retweet sendiri kalau di twitter bisa disebut seperti di-like. Setiap harinya, ada sekitar seratus lebih fiksimini yang masuk ke akun @fiksimini dan hanya puluhan karya yang di- retweet saja. Biasanya saat topik sudah muncul, saya langsung membuat apa yang ada di ide saya. Kalau lagi banyak ide, saya bisa membuat sekitar sepuluh lebih fiksimini. Tetapi jika otak sedang tidak ada ide, saya lewatkan saja dan hanya menjadi penikmat.
Sebagai contoh, coba lihat fiksimini yang saya buat:
Di hadapan hakim, ia mengaku telah berkali-kali membunuh dirinya sendiri.
Apa yang bisa kita amati dari fiksimini tersebut? Tersentak? Kaget? Yang jelas kita pasti akan berfikir kesana-kemari. Mana mungkin ada orang yang mengaku telah membunuh dirinya sendiri? Mana mungkin ada orang yang sudah mati lalu datang ke pengadilan dan mengakui kesalahannya sendiri? Itulah fiksimini yang menurut Mas Agus Noor seperti debu yang mampu meledakkan semesta.
Akhir-akhir ini, fiksimini telah berkembang ke dalam media lain seperti buku, film, lagu, bahkan cerpen. Untuk buku sendiri, fiksimini telah melahirkan beberapa buku, yaitu Curhat Ibu Peri dan Politweet. Sebentar lagi, juga akan ada buku baru yang terlahir dari fiksimini, yaitu Cemburu Itu Peluru. Fiksimini juga berkembang ke dunia perfilman. Untuk film-filmnya sendiri bisa dilihat di youtube dengan kata kunci: fiksimini. Sedangkan untuk cerpen, bisa dilihat di ceritapendekfiksimini.blogspot.com. disana, kita bisa melihat beberapa cerpen yang idenya bersumer dari fiksimini.
Tertarik untuk begabung? Silakan Follow saja akun twitternya di @fiksimini. Jangan lupa follow saya juga di @Imamul_
Inilah hasil tulisan saya yang pernah di-Retweet oleh @fiksimini:
Tema: Istimewa
KEMATIAN ISTIMEWA. Mati sebelum hidup.
Tema: Istimewa
ULANG TAHUN PERTAMAKU. Diiringi tangisan, ibu menaburkan bunga di atas kuburanku.
Tema: Istimewa
KADO ISTIMEWA UNTUK ORANG BUTA. Sebuah tongkat bermata manusia.
Tema: Grasi
KALENDER. Tuhan telah mengurangi menjadi 4 bulan.
Tema: Grasi
BAYI. Ibu memberiku grasi, aku hanya 3 bulan di dalam perutnya.
Tema: Sakaw
PECANDU KELAS KAKAP. Putaw, tepung, semen, dan merica dimatanya sama saja.
Tema: Berantakan
PERTAMA KALI DILAHIRKAN. Mataku berada diperut, hidungku dikaki, dan mulutku dipunggung. Lalu aku pun segera merapikannya.
Tema: Reog
PESTA HALLOWEEN. Hanya dia yang memakai topeng reog.
Tema: Ulang Tahun
HOBI. Ia selalu merayakan ulang tahunnya setiap hari. Sejak itulah ia dinyatakan gila.
Tema: Basah
PELAJARAN FISIKA. “Udin, apa yang terjadi jika api ini bapak siram?” “Apinya basah Pak!”
Tema: Mata
MENGELUH. Mata kananku mengeluh, ia tak dapat melihat mata kiri.
Tema: PUJANGGA
Tak ingin kata-katanya diklaim oleh orang lain, ia pergi ke kantor departemen untuk mendapatkan Hak Paten.
Tema: Yang ini saya lupa temanya apa. Hehe
Kacang tak ingin meninggalkan kulitnya. Sampai kumakan pun mereka tetap bersama.
Tema: Bola
“Kak, ntar sore bisa maen bola nggak?” | “gila lu, gue kan udah mati!”
Tema: Bedesak-desakan
kenapa harus berdesak-desakan mengantri beras? beli sendiri-sendiri kan bisa!
Tema: Peta
Udin, knpa nilai geografi mu jelek? biasanya kan bagus? | maaf bu, abisnya kmaren saya ga bawa peta, jdi ga bsa nyontek
Tema: Luka
BREAKING NEWS: 10 rumah rusak, 5 orang meninggal, & 20 orang lainnya terluka parah saat Udin menyanyi di kamar mandi.
Tema: daging
HARGA-HARGA MELAMBUNG TINGGI. Penciptaan Hawa ditunda. Tuhan tak sanggup membeli daging.
Tema: Hakim
Di hadapan hakim, ia mengaku telah berkali-kali membunuh dirinya sendiri.
Tema: Dingin
PERCOBAAN FISIKA. “Andi, apa yg terjadi jika air ini Bapak dinginkan?” “Airnya menggigil, Pak!”
Tema: Lahar
DISPENSER AJAIB. Ketika kupencet tombol biru, tiba2 keluar lahar dingin. Begitu juga sebaliknya dgn tombol warna merah.
Tema: Burung
ADA YANG ANEH DARI AYAHKU. Setiap jam 12 malam ia berubah menjadi burung gagak.
Tema: Lomba
KETAKUTAN. Bola menggelinding terengah-tengah. Ia lari menjauhi pemain yang beringas ingin menghancurkannya.
Tema: Kacamata
PAGI HARI. Tepat jam 06.00, tiba-tiba muncul matahari dari balik kacamata hitamku.
Tema: Kacamata
“Tahukah kamu, Sayangku? Tanpa kacamata, kau terlihat seperti pria yang pernah menikahiku dulu.”
Tema: Kacamata
SEMENJAK RUMAHKU DIGUSUR. Ada kehidupan baru di kacamataku. Keluargaku tinggal di sana.
Walaupun terlihat mini, tetapi di mata saya fiksimini bisa menjadi sebuah hiburan, kritikan, bahkan bisa menjadi hobi baru dalam menulis. Di tengah-tengah kesibukan kuliah saya, fiksimini merupakan salah satu alternatif untuk menghilangkan kepenatan dan kebosanan, karena membacanya tak memerlukan banyak waktu. Di sela-sela waktu senggang, melalui akun twitter saya (Imamul_), saya sering menyempatkan untuk menulis fiksimini, walaupun jarang di- retweet. Walaupun sepertinya telihat mudah, tetapi bagi saya menulis fiksimini itu sangat memutar otak, apalagi jika topiknya sangat sulit. Dan terkadang saya juga merasa kesal jika fiksimini saya tidak di- retweet oleh moderator. Mungkin karena karya saya terlihat belum layak dibaca oleh fiksiminiers, atau mungkin fiksimini saya terlewatkan begitu saja dan tidak dibaca oleh moderator. Setiap harinya fiksimini mepunyai topik yang berbeda-beda yang dilontarkan oleh fiksiminiers (sebutan bagi pecinta fiksimini). Dari topik tersebut lah para fiksiminiers dituntut untuk membuat fiksimini sesuai topik yang telah disetujui oleh moderator. Jika karya fiksimini kita bagus, maka akan di-retweet oleh moderator. Retweet sendiri kalau di twitter bisa disebut seperti di-like. Setiap harinya, ada sekitar seratus lebih fiksimini yang masuk ke akun @fiksimini dan hanya puluhan karya yang di- retweet saja. Biasanya saat topik sudah muncul, saya langsung membuat apa yang ada di ide saya. Kalau lagi banyak ide, saya bisa membuat sekitar sepuluh lebih fiksimini. Tetapi jika otak sedang tidak ada ide, saya lewatkan saja dan hanya menjadi penikmat.
Sebagai contoh, coba lihat fiksimini yang saya buat:
Di hadapan hakim, ia mengaku telah berkali-kali membunuh dirinya sendiri.
Apa yang bisa kita amati dari fiksimini tersebut? Tersentak? Kaget? Yang jelas kita pasti akan berfikir kesana-kemari. Mana mungkin ada orang yang mengaku telah membunuh dirinya sendiri? Mana mungkin ada orang yang sudah mati lalu datang ke pengadilan dan mengakui kesalahannya sendiri? Itulah fiksimini yang menurut Mas Agus Noor seperti debu yang mampu meledakkan semesta.
Akhir-akhir ini, fiksimini telah berkembang ke dalam media lain seperti buku, film, lagu, bahkan cerpen. Untuk buku sendiri, fiksimini telah melahirkan beberapa buku, yaitu Curhat Ibu Peri dan Politweet. Sebentar lagi, juga akan ada buku baru yang terlahir dari fiksimini, yaitu Cemburu Itu Peluru. Fiksimini juga berkembang ke dunia perfilman. Untuk film-filmnya sendiri bisa dilihat di youtube dengan kata kunci: fiksimini. Sedangkan untuk cerpen, bisa dilihat di ceritapendekfiksimini.blogspot.com. disana, kita bisa melihat beberapa cerpen yang idenya bersumer dari fiksimini.
Tertarik untuk begabung? Silakan Follow saja akun twitternya di @fiksimini. Jangan lupa follow saya juga di @Imamul_
Inilah hasil tulisan saya yang pernah di-Retweet oleh @fiksimini:
Tema: Istimewa
KEMATIAN ISTIMEWA. Mati sebelum hidup.
Tema: Istimewa
ULANG TAHUN PERTAMAKU. Diiringi tangisan, ibu menaburkan bunga di atas kuburanku.
Tema: Istimewa
KADO ISTIMEWA UNTUK ORANG BUTA. Sebuah tongkat bermata manusia.
Tema: Grasi
KALENDER. Tuhan telah mengurangi menjadi 4 bulan.
Tema: Grasi
BAYI. Ibu memberiku grasi, aku hanya 3 bulan di dalam perutnya.
Tema: Sakaw
PECANDU KELAS KAKAP. Putaw, tepung, semen, dan merica dimatanya sama saja.
Tema: Berantakan
PERTAMA KALI DILAHIRKAN. Mataku berada diperut, hidungku dikaki, dan mulutku dipunggung. Lalu aku pun segera merapikannya.
Tema: Reog
PESTA HALLOWEEN. Hanya dia yang memakai topeng reog.
Tema: Ulang Tahun
HOBI. Ia selalu merayakan ulang tahunnya setiap hari. Sejak itulah ia dinyatakan gila.
Tema: Basah
PELAJARAN FISIKA. “Udin, apa yang terjadi jika api ini bapak siram?” “Apinya basah Pak!”
Tema: Mata
MENGELUH. Mata kananku mengeluh, ia tak dapat melihat mata kiri.
Tema: PUJANGGA
Tak ingin kata-katanya diklaim oleh orang lain, ia pergi ke kantor departemen untuk mendapatkan Hak Paten.
Tema: Yang ini saya lupa temanya apa. Hehe
Kacang tak ingin meninggalkan kulitnya. Sampai kumakan pun mereka tetap bersama.
Tema: Bola
“Kak, ntar sore bisa maen bola nggak?” | “gila lu, gue kan udah mati!”
Tema: Bedesak-desakan
kenapa harus berdesak-desakan mengantri beras? beli sendiri-sendiri kan bisa!
Tema: Peta
Udin, knpa nilai geografi mu jelek? biasanya kan bagus? | maaf bu, abisnya kmaren saya ga bawa peta, jdi ga bsa nyontek
Tema: Luka
BREAKING NEWS: 10 rumah rusak, 5 orang meninggal, & 20 orang lainnya terluka parah saat Udin menyanyi di kamar mandi.
Tema: daging
HARGA-HARGA MELAMBUNG TINGGI. Penciptaan Hawa ditunda. Tuhan tak sanggup membeli daging.
Tema: Hakim
Di hadapan hakim, ia mengaku telah berkali-kali membunuh dirinya sendiri.
Tema: Dingin
PERCOBAAN FISIKA. “Andi, apa yg terjadi jika air ini Bapak dinginkan?” “Airnya menggigil, Pak!”
Tema: Lahar
DISPENSER AJAIB. Ketika kupencet tombol biru, tiba2 keluar lahar dingin. Begitu juga sebaliknya dgn tombol warna merah.
Tema: Burung
ADA YANG ANEH DARI AYAHKU. Setiap jam 12 malam ia berubah menjadi burung gagak.
Tema: Lomba
KETAKUTAN. Bola menggelinding terengah-tengah. Ia lari menjauhi pemain yang beringas ingin menghancurkannya.
Tema: Kacamata
PAGI HARI. Tepat jam 06.00, tiba-tiba muncul matahari dari balik kacamata hitamku.
Tema: Kacamata
“Tahukah kamu, Sayangku? Tanpa kacamata, kau terlihat seperti pria yang pernah menikahiku dulu.”
Tema: Kacamata
SEMENJAK RUMAHKU DIGUSUR. Ada kehidupan baru di kacamataku. Keluargaku tinggal di sana.
Langganan:
Postingan (Atom)